Sabtu, 15 Maret 2014

Sembilan : Istrimu

Kita mungkin sudah hampir tidak pernah berhubungan lagi selain SMS ketika lebaran. Tapi aku masih memikirkanmu, kamu yang sudah lebih dulu menikah.

Sebenarnya aku tidak ingin mengingatmu, entah mengapa bayangmu yang kian pudar tiba-tiba seperti kembali pekat. Bukan kamu yang mengingatkan aku tentang keberadaanmu di dunia ini, melainkan istrimu. Aku tak paham maksud istrimu menghubungiku. Kami berdua bicara seakan kami telah kenal lama.

Apa sebenarnya yang kamu ceritakan padanya?
Apa yang kamu bahas tentang aku?
Apa kamu bicara tentang perhatianmu kepadaku yang begitu besar?
Apa kamu cerita tentang betapa beratnya kembali ke kampung halaman untuk meninggalkan aku?

Apa kamu lupa betapa kamu mencampakkan aku?
Masihkah kamu ingat, ketika aku berteriak memanggil namamu setelah sekian lama kita tak bertemu, kau urung untuk sejenak berpaling menatap aku?
Tahukah kamu betapa malunya aku saat itu?
Tahukah kamu butuh berapa besar keberanian yang aku kumpulkan untuk sekedar menyebut namamu?
Tidakkah pernah kau hargai itu?! Dan ketika ku tanya mengapa, kamu bilang, "aku ragu, aku pikir hanya perasaanku saja, ternyata kamu memanggilku ya?"
Tahukah kamu betapa sakitnya perasaanku dengan jawabanmu beberapa tahun yang lalu?

Istrimu menghubungiku, entah apa alasannya. Sepertinya ia sedang mencaritahu latar belakangku. Saat itu dia sedang mengandung anakmu. Aku ucapkan selamat dan kuharapkan yang terbaik untuk keluarga kecil yang kalian bangun. Setelah itu aku hanya melihat kamu dari jauh, itu pun lewat media sosial.

Tak pernah aku berniat menghubungimu lagi meskipun aku masih menyimpan datamu, fotomu, dan nomor ponselmu. Tapi setelah kalian memiliki seorang bayi yang cantik, tahukah kamu yang terjadi?
Istrimu menghubungiku, lagi. Berbasa-basi mewawancaraiku tentang kehidupanku yang biasa-biasa saja, yang masih mencari jati diri, dan JODOH. Aku agak tersinggung ketika istrimu bertanya dan berkomentar mengenai pekerjaanku seakan ia kenal betul diriku. Ya, pekerjaanku memang sedang 'panas-panasnya' dan amat 'sexy' sehingga jadi sorotan di seluruh penjuru tanah air. Aku hanya bisa tersenyum membaca kata-kata dari istrimu dan bersikap cuek.
Ini perasaanku saja atau memang istrimu cemburu pada gadis manja yang pernah sekali mendekatimu?

Hehe. Semoga cuma perasaanku. Aku akan tetap gunakan sebuah topeng koleksiku yang kuberi nama 'cuek'. Aku bermimpi suatu saat bisa menemukan sosok seorang dewasa yang melebihimu yang mampu menerimaku apa adanya. Aku juga berharap semoga aku tak pernah menjadi bahan permbicaraan kalian di kala senggang.


Dari sebuah kota berlimpah minyak
untuk sebuah kota berlimpah minyak di belahan bumi lainnya.

2 komentar: