Rabu, 05 Oktober 2016

Kosong dan Isi

Hi, it’s been a long time no see you guys.

Hmm...

Let’s begin.


But from where should I begin?


Hehe udah berapa tahun ya aku bayar langganan domain dan gak nulis?


Cerita yang aku tulis pun ga aku lanjutin. Karena sad ending, menurut aku ga perlu dilanjutkan.


Let’s back to a few months ago.

Beberapa bulan yang lalu, kami, aku dan Gusti, memutuskan untuk mengakhiri...

Masa pacaran kami.

Sad, absolutely sad, but we have to choose our own way from that time.

That’s why, menulis bukan hal utama, saat itu.


Banyak yang menyayangkan, yaa sayang aja hubungan udah kayak cicilan KPR berakhir begitu saja. *ngejek diri sendiri* Nggak ‘begitu saja’ banget. Tapi ada lah konflik yang sudah lama terpendam dari masing-masing pihak. Baik itu dari aku maupun dari Gusti. Kami saling menghormati keputusan ini. Tentu saja, awalnya sulit. Jika kalian tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan, jangan coba-coba menebak rasanya. Sekali lagi, kami saling menghormati keputusan ini. Kami berbincang pada dini hari. Aku sendiri merasakan ada perubahan yang ga bisa dia terima dan tak tertolerir lagi. I enjoy my life, too much. And it cannot be accepted for him. But let the conflict be just a conflict that already case-closed. Hehe.


Emm.. ngomongin rasa, malam itu rasanya tertusuk. Tapi aku sampaikan secara jujur apa keinginanku yang mungkin ga sejalan sama dia. Aku sampaikan semua uneg-unegku, dan dia pun begitu. Kami berbincang sampai pukul 3 pagi, kalau tidak salah. Kami mengakhiri perbincangan karena dia terlalu lelah. Kosong. Pagi terasa kosong. Gabisa nangis juga. Ga ada emosi yang mau diluapkan saat itu. Hanya kosong dan sepi. Aku menghubungi Dika, all day long. Ah, nanti aku ceritakan siapa dia. Aku masih ingin menceritakan rasanya setelah hampir 7 tahun saling berbagi, kemudian berakhir. Perih? Mungkin. Aku nggak tau perasaan dia seperti apa lagi selain hancur. Aku juga ngga tau lagi apa rasanya selain kosong.


Kata orang, hubungan biasanya diuji di tahun ke-3. Lupa sih kata siapa. Dan kami diuji. Kami lulus ujian. Paling berat sih ujian di tahun ke-2, rasanya. Aku sudah lupa apa yang terjadi saking lamanya. Yang pasti, banyak pertengkaran menjadi bumbu. Maklum saja, masa masa itu adalah masa penyesuaian. Sekarang pun berusaha menyesuaikan kembali. Tapi rasanya agak lebih mudah, dan lebih banyak aku jadi pihak yang mudah menerima. Bulan ini, kalau kami masih bersama, adalah peringatan 7 tahun kebersamaan kami sebagai pasangan. ^_^


Jujur saja, aku masih memperhatikan dia, satu-dua bulan pertama. Sekarang? Masih, tapi kadarnya sudah berkurang. Banyak info tentang dia. Bahkan aku masih sempat mengoreksi sedikit apa yang dia lakukan sebelum aku berangkat ke ibukota. Dia pun bertanya-tanya, darimana aku tau tentang dia, apa yang dia lakukan, dengan siapa sekarang. Karena jujur aja, untuk ketemu saat itu susah banget dengan kondisi kantor yang gabisa ditinggalkan. Dontcha forget who I really am. And we discuss about him. I make him sure that this is just an attention as a friend and not to think too far. Aku agak berubah, dia juga agak berubah. Sebenarnya semua itu adalah proses yang alami. Sekedar jet lag. Dari kebersamaan kembali ke kesendirian.


Kami masih sempat bermain, bercerita, aku pun masih merasakan ‘rasa’ itu. Tapi tujuan perpisahan ini mengajarkan kita agar lebih dewasa dalam segala hal.

...

Then, we need to continue life.

I take a week for a break. I use my time to study for my exam. Dika juga ikut ujian yang sama. Kami pun belajar bersama, melalui telepon. Kadang video call. Kadang berantem pula, kebanyakan ga fokus karena kami sama sama capek.


And I did it. But he didn’t. It’s okay, he still have many chance to do the exam.

Soal berangkat ke ibukota tadi, ya karena ujian ini. Lulus ujian tahap satu dan dua, aku berangkat untuk kuliah. Untuk belajar. Dan untuk menemui seseorang. To make short the distance.

Aku mengikuti tugas belajar selama dua tahun, kalau tiap semester aku bisa lolos dengan IPK yang baik.


Oh iya, perkenalkan, namanya Kak Dika. Dia yang saat ini ada di samping aku dan menjagaku sekarang. Saat kami pertama kali bertemu, kami masih sama-sama punya pacar, kok. Rasanya aku pernah sih memperkenalkan dia di thread sebelumnya, kalau tidak salah soal DTU. Kami sekelas. Perkenalan kami tidak biasa-biasa saja. Dimulai dengan mata yang saling beradu dari kejauhan. Dan dia merasa aku tidak seperti yang lainnya. Unik. Itu kata dia (kalau aku tidak salah). Dan kami baru dekat di hari-hari menuju akhir masa diklat. Lalu kami terpisah jarak dan waktu. Kemudian, aku bertemu lagi dengan dia awal tahun. Kebetulan kantorku menjadi salah satu destinasinya monitoring. Dan kebetulan juga minggu depannya aku harus dinas ke kantornya. Jadi kami berangkat bersama sepulang kantor hari Jum’at. Sebenarnya kami pernah bertemu di sekitar 2015 beberapa kali karena perjalanan dinas. Proses berjalan, aku kadang-kadang menghubunginya untuk diskusi masalah pekerjaan. Kadang juga curhat-curhatan. Hehehe.


Masih ingat apa yang aku rasakan ketika mengakhiri hubungan? Kosong. Dika lebih banyak memberi motivasi. Dari motivasi ke motivasi, kami saling mengerti.


The next is we choose to make a bond that only us understand what it is.


...

Kayaknya itu dulu yah yang aku ceritain. Sebenarnya banyak banget hal yang terjadi di Jakarta dan di Bintaro. Cuman aku masih bingung harus cerita dari mana karena sudah lamaaaaaa banget ga nulis.
catatan : dirasa-rasa tulisan aku kok kayak anak SMA lagi ya?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar