Kamis, 15 Maret 2012

Satu : Air Mata

Terima kasih atas perhatian yang telah ku terima selama ini. Mungkin itu yang dapat aku ucapkan, untukmu, kawanku, tidak, kau sahabatku. Bahkan sudah ku anggap kakak. Kata per kata ku ketik, huruf per huruf ku hapus. Walaupun aku tahu, kau takkan pernah membacanya, tapi aku lelah. Lelah membenci dirimu. Benar, aku sayang kamu. Benar, dulu aku mencintaimu. Bahkan segalanya aku korbankan untukmu. Oh, tidak. Tak segalanya aku berikan untukmu. Yang aku korbankan adalah sedikit rasa, rasa malu, rasa cinta, rasa suka, rasa sayang, dan rasa pahit. Ku lepas kacamataku. Ku tekan sudut mataku, ada sedikit air mata. Apa arti air mata ini? Perih karena terlalu lama di depan layar, ataukah perih mengingat dirimu? Bulu kudukku merinding, mataku terpejam. Kali ini justru air mata semakin deras mengalir. Dari sudut mataku, ke ujung bibirku, turun ke dagu. Ku dengar suara langkah, langkah yang pendek, pelan, berdiri di belakangku. Menatap monitor, lalu mengalungkan lengannya. Aku merasa hangat, hangatnya hingga seluruh tubuh. Diciumnya pelipisku, jari-jariku lemas, seakan tak ingin melanjutkan cerita. Diangkatnya tubuhku yang lemas, dia tahu, aku sudah tak mampu menulis dan dia membaringkanku, dipangkunya kepalaku. Sampai saat ini, aku masih belum menyangka, aku mendapatkan penggantimu. Dia sempurna, tapi dia mau dekat denganku. Aku terlalu beruntung kurasa.

Bersambung... 

2 komentar: