Senin, 31 Agustus 2015

"Jadi Cewek Jangan Manja!"

"Tuh, jadi cewek jangan manja!" Beginilah kesimpulan percakapan antara saya, sahabat saya, dan (dulunya) dosen Bahasa Inggris saya. Hari ini saya dan sahabat saya, Mas Fakhrul, pergi ke bengkel motor sekitar pukul 10 siang. Saya diajak menemaninya ke bengkel mungkin karena dipikirnya saya belum pernah ke bengkel motor, padahal kan dulu saya pacaran sama montir (yah curhat, deh!).


Di kantor sangatlah sepi, Kepala Kantor dan beberapa pimpinan eselon IV sedang DL (Dinas Luar), jadilah saya belingsatan kebosanan di ruangan karena kurang kerjaan. Biasanya saya menghabiskan waktu membosankan ini dengan membaca buku yang saya pinjam (kadang nggak bilang, hehe) dari teman saya yang saat ini sedang Diklat Prajabatan. Duh, kalau melihat teman saya Prajab sementara saya mengganggur begini, rasanya saya wondering kapaaaaan ya bakalan Prajab. Saya meyakinkan diri bahwa tahun depan (2014) saya akan merasakan Diklat Prajab juga. Hmmph!


Mengakali kebosanan kali ini, saya ikut teman saya ke bengkel, saya pikir saya akan menemukan sesuatu yang baru. Tetapi dari buku yang saya baca, kehidupan itu berputar, jadi tidak ada yang baru, yang ada adalah kita menemukan sesuatu yang lama dengan kemasan yang baru. Kami membawa Vixion di bawah terik matahari pagi menjelang siang, dengan kelajuan 40-60 km/h supaya teman saya tidak makin menghitam akibat berpanas-panasan mengganggu mengurusi Dinamika Kelompok-nya Prajab. Sesampainya di bengkel, tempat parkir penuh sesak dengan motor-motor mulai dari tipe bebek sampai tipe pembalap kayak yang dibawa teman saya.


Setelah itu, kami masuk dan menghadang (alah, bahasanya!) mbak-mbak salesgirl yang cantik yang siap sedia melayani orang-orang yang kepengen service. Menunggu sambil nonton tv, 10 menit, 20 menit, 30 menit, kok belum diapa-apain motornya, masuk pit saja enggak, tuh! Saya masih bisa sabar dan menahan untuk tidak melakukan hal bodoh yang memalukan. Sampai akhirnya, saya tiba tiba melihat seorang wanita, berpakaian hitam, berkerudung paris hitam, mengenakan jaket hitam, headset hitam, ransel, serta celana jins panjang, berdiri di samping saya sambil berbincang tepatnya mengomeli salah satu montir di bengkel. Saya kontan langsung mengenali style wanita satu ini.


"Itu Miss Oshie, kan, ya?," tanyaku dalam hati, guna memastikan, aku tanyakan ke temanku. Dia agak ragu sih, tapi aku meyakinkan, "itu jelas style-nya Miss Oshie!" Kami bertanya-tanya seperti ini sebab wanita ini membelakangi kami, jadi wajahnya tak tampak. Lalu wanita ini ngeloyor berjalan keluar bersama sang montir tanpa lihat kiri-kanan supaya melihat kami, tampaknya tatapan mata wanita ini terlalu fokus ke depan, sampai kami tak terlihat (pede banget, ya, pengen kelihatan hehehe). Tiba-tiba wanita ini ada lagi di depan mata saya dengan posisi tetap membelakangi saya. Lalu berbincang mengomeli montir yang itu juga.


Setelah (agak) puas, ia duduk di depan saya tanpa lihat kanan-kiri langsung menghadap televisi layar lebar yang ada di depan kursi tunggu. Saya mengetuk pundaknya dua kali, kalau ia tidak sadar, yasutralah, pikir hati saya. Ehh..ternyata ia menoleh, saya bingung harus bilang apa, tapi saya yakin saya tidak salah orang, begitu ia menoleh, "Hai, Miss," kata saya sambil melambaikan tangan ke kiri dan ke kanan. Ternyata saya tidak salah orang, tapi respon yang saya terima cukup lama (yah sepersekian detik yang berasa kayak 60 detik), "Loh, Rizka, astaga, sudah lama duduk di sini? Dari jam berapa? Sama siapa?" Pertanyaan langsung mencerca saya begitu Miss Oshie sadar akan kehadiran saya.


"Ehehe, baru aja kok, Miss. Nih sama ini." jawab saya yang daritadi bengong terheran-heran sambil menunjuk teman yang duduk di sebelah saya. "Oh, siapa namanya? Emmm..." tanyanya sambil berpikir. Teman saya langsung sebut nama. Kenapa saya panggil "Miss"? Karena sudah jadi kebiasaan :p Ia adalah dosen Bahasa Inggris saya ketika semester I. Sudah jadi kebiasaan pula memanggil seorang guru/dosen bahasa asing dengan sebutan 'asing'. Misalnya guru Bahasa Jerman saya waktu SMA, dipanggilnya 'Frau' yang setara artinya dengan 'Mrs' atau 'Miss' di Bahasa Inggris.


Akhirnya kami ngobrol panjang lebar, mulai dari soal kerjaan saya, kerjaan teman saya, kerjaan dosen saya, tulisan dosen saya yang sudah berkembang menjadi 75.000 kata, wah, perkembangannya lebih dari 2 kali lipat. Obrolan paling menarik adalah tentang motor. Kami membahas bagaimana cara mengganti busi. Miss Oshie bercerita bahwa dulu ia dipaksa ayahnya belajar membuka busi, dan juga harus mempunyai cadangan busi yang berkualitas yang selalu dibawa. Dan ternyata pelajaran tadi berguna sekali ketika Miss Oshie masih di bangku sekolah, motornya tiba-tiba rusak, udah gitu takut pula terlambat. Ia mencoba membuka salah satu bagian motornya tapi kesulitan,. Akhirnya, ia menyerah dan meminta tolong kepada temannya untuk membuka bagian tersebut, lalu ia memasang busi yang baru, dan voila.. Motornya mau nyala lagi, wih heebat ,ya!





Balikpapan, 17 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar